ANALISIS PEMANFAATAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN PADA DAERAH TERPENCIL DI KABUPATEN SUMBAWA
Kata Kunci:
Rumah tunggu kelahiran (RTK), Pemanfatan, Tingkat pengetahuan, Ibu hamil Trimester III, Daerah terpencil.Abstrak
Pemanfaatan rumah tunggu kelahiran pada daerah terpencil belum maksimal dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa. Hal ini di karenakan ibu hamil lebih memilih menunggu di rumah sendiri daripada di rumah tunggu kelahiran. Mereka memilih datang langsung ke Puskesmas apabila sudah ada tanda-tanda persalinan. Selain itu, masih ada ibu hamil yang tidak ingin ke fasilitas kesehatan, lebih memilih memanggil dukun untuk membantu proses persalinan. Keterbatasan infrastruktur, transportasi, kondisi geografis, kurangnya sarana air bersih, serta masih kurangnya tenaga kesehatan yang dapat menyulitkan proses rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat ketika ada ibu hamil atau bersalin yang mengalami komplikasi juga mempengaruhi proses pelayanan yang di berikan kepada masayarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pengetahuan dan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran pada daerah terpencil oleh ibu hamil TM III berserta suami yang ada di Kabupaten Sumbawa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan menggunakan deskriptif analitik dengan metode observasional. Jumlah populasi dalam pengelitian ini sebanyak 260 ibu hamil TM III pada daerah terpencil yang ada diKabupaten Sumbawa. Sampel yang di ambil sebanyak 30% dengan responden ibu hamil TM III sebanyak 80 orang beserta suami sebanyak 80 orang. Teknik pengambilan sampling menggunakanpurposive sampling. Kegiatan penelitian ini difokuskan pada 4 Kecamatan daerah terpencil yaitu Tarano, Labangka, Batulanteh dan Labuhan Badas. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil TM III adalah cukup baik yaitu sebanyak 54 ibu hamil (67,5%), sedangkan pengetahuan suami mayoritas pada kategori kurang baik sebanyak 48 orang (60%). Pemanfaatan rumah tunggu kelahiran pada ibu hamil TM III dengan katagori cukup baik sebanyak 62 ibu hamil (77,5%), sedangkan pemanfaatan rumah tunggu pada suami dengan kategori kurang baik >55% yaitu sebanyak 53 (60%). Berdasarkan temuan ini peneliti memberikan beberapa rekomendasi kepada stakeholder (Pemerintah, Dinas Kesehatan, Puskesmas) agar dapat mensosialisasikan danmemberikan edukasi tentang pentingnya rumah tunggu kelahiran kepada masyarakat di daerah terpencil, agar masyarakat mendapat pemahaman tentang pemanfaatan rumah tunggu kelahiran. Selain itu,memperkuat akses pelayanan kesehatan dengan memberikan jaminan kehidupan sehat dan mendorong kesejahtraan bagi semua orang di segala usia sesuai dengan target sistem kesehatan nasional.